Dark Mode vs Light Mode: Mana yang Lebih Aman Buat Mata & Baterai?
- Rizky Fadilah
- Sep 13
- 3 min read

Beberapa tahun terakhir, hampir semua aplikasi dan sistem operasi berlomba-lomba menghadirkan fitur dark mode. Mulai dari WhatsApp, Instagram, hingga Microsoft Office dan sistem operasi seperti Windows maupun macOS. Dark mode digadang-gadang sebagai solusi untuk mata lelah, baterai boros, bahkan dianggap lebih “keren”. Tapi apakah benar demikian?
Di sisi lain, light mode tetap menjadi default di banyak aplikasi karena dianggap lebih natural dan mudah dibaca. Lalu, mode mana yang sebenarnya lebih baik? Mari kita kupas dari berbagai sisi: kesehatan mata, baterai, produktivitas, hingga pengalaman pengguna (UX).
Sejarah Singkat Dark vs Light Mode

Komputer generasi awal sebenarnya menggunakan dark mode secara default. Latar belakang layar hitam dengan teks hijau atau kuning menjadi ciri khas komputer tahun 70–80an. Baru setelah perkembangan antarmuka grafis (GUI), light mode populer karena menyerupai kertas putih—sesuatu yang familiar bagi manusia.
Menariknya, tren berubah lagi ketika smartphone modern muncul. Apple memperkenalkan dark mode resmi di iOS 13 (2019), diikuti Android dan Windows. Alasannya bukan hanya estetika, tetapi juga kesehatan dan penghematan daya.
Kesehatan Mata: Mana yang Lebih Aman?
Fakta utama: yang membuat mata lelah bukan sekadar mode layar, melainkan intensitas cahaya, kontras, dan durasi menatap layar.
Light Mode
Bagus untuk membaca teks panjang di siang hari.
Kontras hitam-putih lebih jelas, sehingga mata tidak perlu bekerja ekstra.
Kekurangannya: paparan cahaya biru lebih tinggi, terutama jika brightness terlalu terang di ruangan gelap.
Dark Mode
Lebih nyaman di ruangan minim cahaya atau saat malam hari.
Mengurangi paparan cahaya biru hingga 60% (berdasarkan studi dari University of Tübingen, 2020).
Tapi, untuk teks panjang dengan font kecil, dark mode justru bisa bikin mata cepat lelah karena detail huruf lebih sulit dibaca.
Dark mode tidak otomatis lebih sehat. Kuncinya adalah atur brightness sesuai kondisi ruangan dan lakukan aturan 20-20-20 (setiap 20 menit, lihat objek sejauh 20 kaki selama 20 detik).
Dampak pada Baterai dan Perangkat
Salah satu alasan populer memilih dark mode adalah hemat baterai. Benarkah?
Pada layar OLED/AMOLED → pixel berwarna hitam benar-benar “mati”, sehingga konsumsi daya lebih hemat. Google menyebutkan dark mode bisa menghemat hingga 63% daya pada brightness 100%.
Pada layar LCD/IPS → hematnya hampir tidak terasa, karena backlight menyala penuh meski tampilan gelap.
Jadi, dark mode benar-benar bermanfaat hanya jika perangkatmu menggunakan layar OLED/AMOLED.
Produktivitas dan UX (User Experience)
Beberapa riset UX menunjukkan:
Membaca teks panjang lebih cepat dan akurat di light mode.
Dark mode lebih nyaman untuk pekerjaan desain, coding malam hari, atau sekadar scrolling media sosial.
Dari sisi psikologis, dark mode memberi kesan “modern” dan lebih rileks, sementara light mode memberi kesan “serius” dan profesional.
Contoh nyata: IDE (Integrated Development Environment) untuk programmer hampir semua menyediakan dark mode, karena mayoritas developer bekerja lama di depan layar.

Tren Industri Teknologi
Perusahaan besar mulai menggabungkan keduanya:
Google → banyak aplikasi punya opsi “auto switch” sesuai waktu (siang terang, malam gelap).
Apple → macOS dan iOS punya Auto Dark Mode yang mengikuti perputaran matahari.
Microsoft → Office dan Windows kini default punya dua mode dengan shortcut mudah mengganti.
Artinya, industri melihat bahwa tidak ada satu mode yang sempurna. Yang penting adalah fleksibilitas untuk pengguna.
Rekomendasi Praktis
Gunakan light mode untuk membaca dokumen panjang, presentasi, atau bekerja di ruang terang.
Gunakan dark mode saat bekerja di malam hari, atau ketika ingin mengurangi silau.
Aktifkan fitur auto switch jika ada, agar otomatis menyesuaikan kondisi.
Jangan lupa atur kecerahan layar, karena brightness yang salah lebih berbahaya daripada salah pilih mode.
Dark mode dan light mode bukanlah kompetisi tentang siapa yang lebih sehat atau hemat. Keduanya punya fungsi masing-masing. Pilihan terbaik bukan memilih salah satunya, melainkan tahu kapan harus menggunakan mode yang tepat.
Dengan pengaturan yang sesuai, baik mata maupun baterai perangkatmu akan tetap aman, sekaligus produktivitas kerja tetap terjaga.




