top of page
Typing on a Computer

Data Humanism, Saat Teknologi Mulai Mengenali Manusia

ree

Dalam dunia IT modern, data sering disebut sebagai “emas baru.” Kita mengandalkannya untuk segalanya, dari membuat keputusan bisnis, mengukur performa karyawan, hingga memprediksi perilaku konsumen.Namun, di tengah ledakan angka, grafik, dan algoritma, ada satu hal yang sering hilang: manusia.

Inilah yang melahirkan konsep Data Humanism, gerakan yang mencoba mengembalikan kemanusiaan dalam cara kita membaca dan menggunakan data.


Dari Data-driven ke Human-driven

Selama bertahun-tahun, jargon “data-driven decision making” menjadi mantra di dunia IT dan bisnis. Semua hal diukur, dioptimasi, dan diotomasi.Namun, keputusan berbasis data sering kali terlalu objektif, bahkan dingin.

Misalnya, sistem HR yang menilai kinerja hanya dari angka KPI tanpa mempertimbangkan konteks: beban emosional, jam lembur, atau tantangan personal.Hasilnya? Produktivitas meningkat di grafik, tapi motivasi dan rasa kemanusiaan menurun di lapangan.

Data Humanism berusaha menyeimbangkan hal ini: bukan mengganti data dengan perasaan, tapi menambahkan empati dan konteks manusia dalam interpretasi data.


Teknologi yang Belajar Memahami Emosi

Kabar baiknya, dunia IT mulai bergerak ke arah itu.Kita mulai melihat algoritma yang bisa membaca ekspresi wajah, mengenali intonasi suara, bahkan memprediksi tingkat stres seseorang dari pola ketikan atau waktu respons.

Contohnya, perusahaan-perusahaan besar kini mengembangkan AI yang etis dan empatik, bukan sekadar efisien.Bukan hanya bertanya: “Apa yang dilakukan pengguna?”Tapi juga: “Kenapa dia melakukannya, dan bagaimana perasaannya?”

Inilah bentuk awal dari data humanism in practice.


Manfaat Nyata untuk Bisnis dan Masyarakat

Pendekatan ini tidak hanya etis, tapi juga menguntungkan secara bisnis.Sebuah riset dari Deloitte (2024) menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan human-centered data approach mengalami peningkatan loyalitas pelanggan hingga 28% dan penurunan churn rate sebesar 19%.

Karena manusia ingin dipahami, bukan hanya diukur.

Bayangkan AI marketing yang bisa membaca konteks emosional pesan pelanggan dan merespons dengan empati.Atau sistem monitoring karyawan yang tidak hanya menghitung jam kerja, tapi juga mendeteksi potensi burnout lebih dini.


Langkah Menuju Data Humanism

Untuk menerapkan konsep ini, perusahaan IT bisa memulai dari langkah-langkah sederhana:

  1. Gunakan data untuk mendukung, bukan menggantikan keputusan manusia.Otomasi boleh, tapi konteks manusia tetap harus jadi filter terakhir.

  2. Libatkan tim multidisiplin.Jangan biarkan data hanya di tangan engineer, libatkan psikolog, desainer, bahkan sosiolog.

  3. Bangun budaya empatik dalam analisis.Saat membaca laporan, tanyakan: “Apa cerita di balik angka ini?”


Masa Depan Teknologi yang Lebih Manusiawi

Data Humanism bukan sekadar tren, tapi perubahan paradigma.Dunia IT perlahan belajar bahwa efisiensi tanpa empati hanya menghasilkan sistem dingin — cepat, tapi kehilangan makna.

Teknologi terbaik bukan yang paling pintar, tapi yang paling memahami manusia.Dan mungkin, masa depan digital yang kita impikan bukan tentang mesin yang meniru manusia, tapi manusia yang tetap jadi inti dari teknologi.


Kategori

Label

Arsip

Fusi Solusi Transformasi

PT Fusi Solusi Transformasi

Kami membantu perusahaan mengimplementasikan transformasi digital sejak tahun 2013 dengan fokus utama pada managed services, software solutions, serta hardware dan IoT solutions

Kebijakan Privasi|

Hubungi Kami

021-8725617

Ikuti Kami

  • Instagram
  • LinkedIn

© 2025 PT Fusi Solusi Transformasi | All Rights Reserved

bottom of page