Low-Code vs Traditional Development: Masa Depan Pembuatan Aplikasi
- Digital Delivery
- Sep 21
- 2 min read

Di era digital yang bergerak super cepat, perusahaan dituntut untuk bisa beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pasar. Salah satu tantangan terbesar adalah kecepatan dalam membangun aplikasi. Kalau dulu, bikin aplikasi butuh tim besar dengan skill coding yang dalam, sekarang muncul pendekatan baru: low-code development.Pertanyaannya, apakah low-code akan benar-benar menggantikan pengembangan tradisional, atau justru keduanya akan saling melengkapi?
Apa Itu Low-Code?
Low-code adalah metode pengembangan aplikasi dengan sedikit kode atau bahkan tanpa kode sama sekali. Developer (atau bahkan orang non-teknis) bisa membangun aplikasi hanya dengan drag-and-drop komponen visual.Contoh platform low-code: Mendix, OutSystems, Zoho Creator, dan Microsoft Power Apps.
Keunggulannya jelas:
Cepat bikin prototipe.
Bisa dipakai oleh tim bisnis, bukan hanya developer.
Lebih murah dalam jangka pendek.
Apa Itu Traditional Development?
Metode tradisional berarti aplikasi dibangun dari nol dengan bahasa pemrograman seperti Java, Python, C#, atau JavaScript.Kelebihannya:
Lebih fleksibel.
Bisa dikustomisasi sesuai kebutuhan spesifik.
Cocok untuk aplikasi skala besar dan kompleks.
Kekurangannya:
Butuh waktu lama.
Membutuhkan developer dengan skill tinggi.
Biaya pengembangan dan maintenance lebih besar.
Low-Code vs Traditional: Head-to-Head
Kecepatan
Low-code: bikin aplikasi internal bisa selesai dalam hitungan hari.
Tradisional: bisa makan waktu berbulan-bulan.
Skalabilitas
Low-code: bagus untuk aplikasi kecil–menengah.
Tradisional: lebih tahan banting untuk aplikasi besar dengan jutaan user.
Kontrol & Fleksibilitas
Low-code: terbatas dengan fitur platform.
Tradisional: bebas dikembangkan sesuai kreativitas tim.
Biaya
Low-code: murah di awal, tapi bisa jadi mahal kalau langganan platform makin besar.
Tradisional: mahal di awal, tapi biaya jangka panjang bisa lebih stabil.
Contoh Nyata
Low-Code: perusahaan retail kecil butuh aplikasi inventori cepat → pakai Zoho Creator, selesai dalam seminggu.
Tradisional: e-commerce skala nasional → perlu custom fitur pembayaran, integrasi logistik, AI recommendation → butuh development tradisional.
Masa Depan: Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Faktanya, low-code tidak akan sepenuhnya menggantikan traditional development.
Untuk aplikasi internal atau prototyping → low-code adalah solusi terbaik.
Untuk aplikasi core bisnis skala besar → traditional tetap jadi pilihan utama.
Kombinasi keduanya (hybrid) semakin populer.
Low-code dan traditional development bukanlah musuh, melainkan alat yang bisa dipakai sesuai kebutuhan.Perusahaan yang cerdas akan tahu kapan harus memilih low-code demi kecepatan, dan kapan harus pakai traditional demi kestabilan jangka panjang.