top of page
Typing on a Computer

Managed Services Karyawan: 5 Trik Maksimalkan Kolaborasi dengan Vendor IT

ree

Di era transformasi digital, perusahaan dituntut untuk selalu bergerak cepat, adaptif, dan efisien. Salah satu cara populer yang banyak dipilih adalah menggunakan layanan managed services. Melalui model ini, sebagian atau seluruh fungsi IT perusahaan diserahkan kepada pihak ketiga (vendor) yang memang ahli di bidangnya.

Namun, sering kali ada salah kaprah: perusahaan menganggap bahwa dengan menggandeng vendor IT, maka tanggung jawab sepenuhnya berpindah tangan. Padahal, keberhasilan layanan managed services justru sangat bergantung pada kolaborasi yang sehat antara vendor dan karyawan internal. Tanpa itu, hasilnya bisa jauh dari ekspektasi.

Berikut lima trik praktis untuk memaksimalkan kerja sama dengan vendor IT agar benar-benar memberi nilai tambah bagi perusahaan.


1. Tentukan Tujuan dengan Jelas

Kesalahan paling umum dalam proyek IT adalah kurangnya definisi tujuan yang konkret. Alih-alih berkata “kami ingin lebih efisien”, perusahaan sebaiknya menetapkan KPI yang spesifik: misalnya, “mengurangi downtime server sebesar 30% dalam enam bulan” atau “mempercepat waktu respon helpdesk rata-rata dari 3 jam menjadi 1 jam”.

Tujuan yang jelas tidak hanya memudahkan vendor memahami ekspektasi, tetapi juga memberi acuan untuk mengukur keberhasilan. Tanpa ini, evaluasi jadi kabur dan rawan salah paham.


2. Gunakan Tools Kolaborasi Modern

Proyek managed services melibatkan banyak pihak: tim IT internal, vendor, manajemen, bahkan user akhir. Jika komunikasi hanya mengandalkan email, sering kali terjadi bottle neck.

Solusinya adalah memanfaatkan platform kolaborasi seperti Jira, Trello, Asana, atau Slack. Dengan begitu:

  • Progress bisa dipantau secara real-time.

  • Setiap task memiliki PIC yang jelas.

  • Riwayat diskusi terdokumentasi dengan baik.

Selain efisiensi, transparansi ini juga membangun rasa percaya antara perusahaan dan vendor. Semua orang tahu siapa mengerjakan apa, dan kapan deadline-nya.


3. Bangun Komunikasi Dua Arah

Vendor bukan sekadar penyedia jasa, tetapi partner strategis. Perlakuan yang terlalu “transaksional” (sekadar memberi order dan menunggu hasil) akan menghambat potensi kolaborasi.

Lakukan check-in meeting rutin, misalnya mingguan atau bulanan. Di sesi ini, jangan hanya mendengarkan laporan vendor, tetapi juga minta masukan. Vendor sering kali memiliki insight dari berbagai industri karena mereka melayani banyak klien. Ide-ide itu bisa jadi referensi berharga untuk perusahaan.

Dengan komunikasi terbuka, hubungan akan lebih setara dan vendor merasa dihargai sebagai partner, bukan sekadar pihak luar.


4. Onboarding Vendor dengan Baik

Bayangkan seorang karyawan baru langsung dilempar ke proyek besar tanpa briefing. Pasti berantakan, kan? Hal yang sama berlaku untuk vendor.

Vendor memang ahli di bidang IT, tapi setiap perusahaan punya budaya kerja, SOP, dan sistem internal yang unik. Maka, lakukan onboarding:

  • Kenalkan struktur organisasi perusahaan.

  • Jelaskan alur kerja dan sistem komunikasi.

  • Berikan akses terbatas sesuai kebutuhan agar vendor bisa cepat menyesuaikan.

Onboarding yang baik mempercepat proses adaptasi, sekaligus meminimalisasi risiko miskomunikasi di kemudian hari.


5. Evaluasi Secara Rutin

Kerja sama managed services bukanlah proyek sekali jalan. Agar tetap relevan, perlu ada evaluasi berkala—bulanan, kuartalan, atau sesuai kebutuhan.

Dalam evaluasi, bahas hal berikut:

  • Apakah KPI yang ditetapkan tercapai?

  • Apa kendala yang dihadapi vendor maupun karyawan internal?

  • Apa rencana perbaikan untuk periode berikutnya?

Evaluasi yang konsisten menciptakan budaya continuous improvement. Dengan begitu, kolaborasi selalu berkembang dan tidak stagnan.


Studi Kasus Singkat

Sebuah perusahaan e-commerce di Jakarta pernah mengalami masalah serius: downtime server mencapai 10 jam dalam satu bulan, menyebabkan kerugian penjualan hingga ratusan juta rupiah. Setelah bekerja sama dengan vendor managed services, mereka menerapkan lima trik di atas.

Hasilnya? Dalam enam bulan, downtime berhasil ditekan menjadi hanya 30 menit, sementara biaya operasional IT berkurang 20%. Kuncinya ada pada komunikasi terbuka dan penggunaan tools kolaborasi yang efektif.



Managed services bukan sekadar outsourcing, melainkan investasi jangka panjang. Perusahaan tetap harus aktif membangun kolaborasi yang sehat dengan vendor. Dengan tujuan jelas, komunikasi terbuka, serta evaluasi rutin, hasil kerja sama bisa jauh melampaui ekspektasi awal.

Pada akhirnya, keberhasilan managed services bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang hubungan manusia yang saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama.



Kategori

Label

Arsip

Fusi Solusi Transformasi

PT Fusi Solusi Transformasi

Kami membantu perusahaan mengimplementasikan transformasi digital sejak tahun 2013 dengan fokus utama pada managed services, software solutions, serta hardware dan IoT solutions

Kebijakan Privasi|

Hubungi Kami

021-8725617

Ikuti Kami

  • Instagram
  • LinkedIn

© 2025 PT Fusi Solusi Transformasi | All Rights Reserved

bottom of page